ANALISIS
NOVEL

Nama : M. Fakhri Gusti
Kelas : X-H
No : 26
IDENTITAS
BUKU
1. Judul
: Buton Dalam Gerimis
2. Pengarang : Drs. La Ode Boa
3. Penerbit : Mitra Gama Widya
4. Tahun terbit : 2000
5. Tebal buku :
100 Halaman
Sinopsis
buton dalam gerimis
Setelah beberapa saat saat menentang badai yang tiba-tiba
menghantam teluk, akhirnya kapal lambelu berhasil merapat di pelabuhan
murhum,BauBau. Lima puluh ribu pengungsi memenuhi daratan buton untuk pergi ke
barak pengungsian, salah satu nya adalah La Ode Fandi, pemuda yang memiliki
postur tubuh tinggi dan atletis, Fandi kehilangan keluarga nya saat kerusuhan
yang terjadi di Ambon dan mengungsi ke kota BauBau. Ke esokan harinhya, Fandi
pergi menemui Kepala sekolah di SMU yg berdekatan untuk memohon agar bisa
bersekolah dan Kepala sekolah mengijikannya.
Sementara itu waktu pun terus bergulir persediangan ke
uangan untuk para pengungsi menipis, menyadari itu fandi termotivikasi untuk mencari
cara untuk membantu para pengungsi, berhari-hari ia berpikir sampai akhirnya ia
bertemu seorang kakek di gua dekat keratin, kakek itu mengatakan agar menggelar
acara malam amal. Fandi pun mengajak temannya untuk menyiapkan acara tersebut.
Tak di sangka acara malam amal sangat sukses, banyak para
dermawan yang memberikan sumbangan.
Uang pun terkumpul sebesar RP40 jt, setengah nya di
gunakan untuk membeli kayu, dan sisa ia masukan ke dalam tas, di tengah
perjalanan tas Fandi di rebut oleh perampok, Fandi pun mengejarnya namun ia
terjebak ke dalam markas perampok, ia pun di hajar sampai pingsan, setelah
Fandi siuman dan kesehatannya membaik, ia pergi membuntuti kawanan perampok
yang sebernya adalah kelompok pengacau di wakatobi, Fandi mendengar rencana mereka
yang akan meledakan kapal Lambelu, Fandi pun melapor ke polisi dan usaha
kelompok pengacau pun dapat di gagalkan.
Ke esokan hari nya pun Fandi melakukan aksi pengintaian
di rumah panggung para pengacau, namun usahanya di ketahuan oleh anggota kelompok
pengacau, Fandi di hajar hingga pingsan dan di seret ke dalam mobil. Sudah
seminggu Fandi menghilang membuat para pengungsi di buton merasa sedih,
Sementara itu kelompok pengacau melakukan terror di dalam
kota dan memasang bom di suatu pertokoan, semua pengunjung pun berlarian keluar
menyelamat kan diri, sesaat kemudian Fandi keluar dengan bom yang berhasil ia
jinakan, polisi pun merasa lega lalu Fandi menceritakan bahwa ia mendengar
rencana pengoboman oleh kelompok pengacau, dan saat ia sedang di sekap ia dapat
membebaskan diri.
Fandi semakin terkenal. Ia pun di sanjung masyarakat
Buton. Sumbangan untuk para pengungsi pun semakin bertambah namun jumlah
pengungsi korban kerusuhan Ambon meningkat dan Ia berniat untuk mengirimkan
bantuan ke semua kecamatan di Ambon dan menyerukan persatuan, kerukunan dan
mewaspadai segala bentuk penghasutan. Rombongan Fandi pun di sambut hangat di
setiap kecamatan yang ia kunjungi, namun saat keberangkatan rombongan Fandi
yang di kawal polisi ke kecamatan Pasarwajo tertunda karena mesin kapal tidak
bisa dihidupkan, setengah saat kapal sudah melaju lagi, sebuah speedboat
tiba-tiba menyalip dan menembaki kapal, tembakannya pun dib alas oleh para
polisi sehingga membuat para pengacau itu kabur, akibat kejadian itu bantuan
untuk para pengungsi terpaksa di turunkan di dermaga Banabungi dan meminta
utusan kecamatan untuk mengambilnya.
Beberapa hari kemudian Fandi berniat untuk melakukan aksi
yang sangat berbahaya, ia pergi menuju sebuah rumah yang biasanya di
gunakan sebagai tempat pertemuan
komplotan pengacau.
Saat itu semua anggota kelompok pengacau sedang meminum
minuman keras dan mabuk, ia pun menyeret seorang sopir kelompok pengacau yang
sedang mabuk berat di dalam mobil dan membawanya ke kantor polisi dan meminta
bantuan polisi untuk menangkap kelompok pengacau.
Fandi menyamar sebagai sopir dan memasuki rumah komplotan
pengacau dan berbicara dengan pemimpin kelompok pengacau, Roger, Roger
membicarakan tentang kerusuhan dan penjarahan besar-besaran, sesaat kemudian
polisi masuk dan mengepung rumah tersebut, semua anggota kelompok pengacau yang
berada di rumah itu dapat di tangkap. Hari di mana rencana kerusuhan
besar-besaran pun tidak terjadi karena tidak ada yang memberikan komando.
Setelah itu Fandi pun melanjut kan pembagian bantuan ke
pulau Lakodo setelah selesai ia pulang menaiki kapal feri yang cukup padat
karena bertepatan dengan acara festival keraton di BauBau yang akan di laksanakan tiga hari lagi, di
kapal feri itu Fandi bertemu dengan adiknya Yanti yang sudah lama hilang, Fandi
sangat terharu karena tidak menyangka adiknya masih hidup.
Tiga hari kemudian Fandi, Yanti dan Rahayu pergi ke
festival keratin, sesampainya di sana Rahayu di sapa oleh Randi yang salah satu
anggota kelompok pengacau, dan ia ingin berbicara dengan Fandi di warung kopi
di bawah benteng. Saat berbicara dengan Fandi, Randi naik emosi dan menghajar
Randi, perkelahian pun tak dapat terelakan, keduanya sama-sama kuat sehingga
Randi mengeluarkan keris yang bertuliskan kakak dalam huruf Wolio dan menusuk
perut Fandi, lalu Fandi terbanting ke tanah dan kerisnya lepas ke tanah,
tampaklah tulisan adik dalam huruf Wolia di keris Fandi. Randi pun terkejut dan
ia mengambil keris Fandi dan di satukan dengan miliknya lalu Randi menusukan
keris itu ke tubuhnya sendiri. Randi terkapar
di sebelah Fanda dan keduanya pun meninggal. Para kerabat pun
berdatangan untuk mengantarkan kedua jenazah itu ke tempat peristirahatan terakhir.
“keduanya adalah cicit dari pemilik keris itu” kata ayah
randi kepada segenap masyarakat.
Analisis
Unsur Instrinsik
·
Alur : Campuran karena novel ini mempunyai
Alur maju, lalu
mundur, lalu maju lagi
·
Latar :
1. Tempat :A. Kota BauBau( Hal 1. Kalimat 1.
*akhirnya kapal Lambelu berhasil merapat di pelabuhan Murhum, BauBau
B. Pulau Wakatobi (Hal 71.
Kalimat 2. *Pulau Wangi Wangi, Kaledupa, Tomia, dan Binongko yang sering di
singkat menjadi Wakatobi ternyata jaraknya kurang lebih sama*
C. Keraton Wolio (Hal 96. Par
2. Kalimat 2. *Semua rombongan berpawai menuju daratan tinggi Keraton Wolio*
2. Waktu
:A. Siang( Hal 1. Par 2. *Siang itu, cuaca
memang kurang
bersahabat
B. Pagi
(Hal 7. Kalimat 2. *Sebernya
masih terlalu
pagi saat ia memasuki kompleks . , sekolah*
C. Malam (Hal 38. Par 3. Kalimat
2. *
Hampir setiap
malam ia keluar untuk memata-matai
gerakan
komplotan pengacau
3. Suasana
:A. Sedih, Haru (Hal 5. Par 5. Kalimat
3.`*Masih tergiang tangis adiknya yang ,
di seret dalam kegelapan
B.
Mencekam (Hal 72. Par 3. * Dua kali . tembakan merobek permukaan laut di depan , speedboat
·
Tema : Perubahan, Persatuan dan Keadilan
·
Amanat : Walaupun kita dalam kondisi yang susah,
kita harus tetap menolong sesama dan kita harus memberantas kejahatan
·
Tokoh : Fandi Randi
Ilham Jufran
Taufik Kepala
Sekolah
Edi Rahayu
Pak Nasir Bu Nasir
Serka Jayusman Serka Alimudding
·
Penokohan
:
1. Fandi :Baik hati, Pemberani, Cerdas( Hal 10. Par 2. *Berhari-hari Fandi
memikirkan cara agar penderitaan pengungsi dapat segera berakhir*
2. Kepala Sekolah : Baik hati
(Hal 8. Par 3. *Boleh. Besok, kamu sudah bisa mengikuti pelajaran*
3. Taufik,Ilham,Jufran dan Edi
: Kompak dan Baik (hal 18. Par 3. *Setelah berembembuk, kelima itu segera
melaksanakan tugas mengundang rekan-rekan untuk menghadiri pertemuan hari
Minggu.*
4. Rahayu: Baik hati , Pengertian(
Hal 60 Par 3. *”siapa penyumbang terakhir, Fik”
“ Rahayu”
“Lima juta?” potong Fandi pelan*
5. Pak dan Bu Nasir: Baik
hati, Suka menolong(hal 32 Par 3. * kami bermaksud mengajak Nak Fandi untuk
pulang ke rumah, bujuk pak Nasir*
6. Serka Jayusman dan
Alimudding : Pemberani (Hal 72. Par 3. Kalimat 2. *Peluru mendesing di atas
kepala kedua orang polisi yang sedang merayap di lantai kapal*
7. Roger : Angkuh, Kasar,
Pendendam(Hal 43. Par 3. *Plaak …,Plaaak …Plaak! Tamparan mendarat di pipi tiga
orang anak buah nya*
8. Randi : Kasar, Berjiwa
kuat(Hal 97. Par 3. *”Hentikan Khotbah mu, keparat!” potong Randi naik pitam*
·
Sudut Pandang : Orang Pertama Pelaku Utama
Analisis
Unsur Ekstrinsik
v Nilai
Moral
: *Sumbangan untuk para pengungsi yang ia tangani bersama teman-temanya semakin
bertambah* (Hal 59)
v Nilai
Agama
: *“ya Tuhan, teguhkanlah hati hamba-Mu ini,” desis Fandi mengenang peristiwa
yang telah merenggut nyawa orang-orang yang paling ia cintai* (Hal 5)
v Nilai
Budaya
: *Saat itu tampak para penumpang feri
cukup padat, karena bertepatan dengan akan dilaksanakannya acara Festival
Keraton di BauBau* (Hal 91)
makasih mas
BalasHapusLove u
BalasHapusSama-sama mba
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus